Tubuh adalah Situasi: Subjektivitas Perempuan Menurut Simone de Beauvoir

 Subjektivitas dalam ranah kajian feminis mengarah pada perasaan, pikiran sadar, dan makna diri dari seorang individu. Itu artinya, subjektivitas perempuan berkelindan dengan kesadaran perempuan dalam mempersepsi diri dan tubuhnya, baik dalam konteks dirinya sebagai individu maupun dalam relasinya dengan laki-laki. Perempuan yang mengukuhkan subjektivitasnya mempunyai kemungkinan yang besar untuk terhindar dari berbagai bentuk subordinasi atau objektifikasi yang dilakukan oleh laki-laki dan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Menurut  Moi (1999: 7), hal yang harus digarisbawahi dari pemikiran Beauvoir tentang subjektivitas perempuan adalah bahwa proses pembangunan dan perwujudan subjektivitas perempuan senantiasa secara langsusng terlibat dan berkelindan dengan tubuh serta pengalaman fisik yang dalam praktiknya tidak ditentukan secara esensial atau biologis. Dalam hal ini, pembedaan atas dasar seks atau gender tidak menjadi dasar dari rumusan subjektivitas yang disampaikan oleh Beauvoir.

 Tubuh dalam pandangan Beauvoir bukanlah suatu benda melainkan situasi. Tubuh merupakan pemahaman kita selaku individu terhadap dunia dan rancangan dari proyek-proyek yang kita lakukan. Karena tubuh adalah situasi, tubuh akan selalu berada dalam situasi. Tubuh yang dipersepsi sebagai situasi ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan subjektivitas seorang individu, baik subjektivitas perempuan maupun subjektivitas laki-laki (Moi, 1999: 59—62).

Menurut Moi (1999: 66), tubuh sebagai situasi dalam perspektif Beauvoir mengacu kepada makna tubuh seorang perempuan yang berkelindan secara erat dengan cara yang ditempuh oleh perempuan dalam mengguanakan kebebasanya sebab pada dasarnya kebebasan perempuan adalah sesuatu yang terletak atau situated, bukan sesuatu yang sifatnya mutlak. Perempuan akan mendapatkan kebebasan yang lebih besar apabila menempatkan tubuhnya sebagai situasi karena penempatan tubuh sebagai situasi ini memungkinkan perempuan untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan mengenai menjadi seorang perempuan dengan tubuh yang dibawanya secara tidak terbatas. Artinya, perempuan dengan tubuhnya dapat mengalami dan menentukan berbagai macam cara menjadi seorang perempuan.

Bagi Beauvoir, orang dengan tubuh perempuan tidak harus memenuhi syarat atau standar khusus untuk dianggap sebagai perempuan dan perempuan tidak harus menyesuaikan diri dengan berbagai strereotip seksis yang mengacu kepada femininitas yang dilekatkan oleh budaya tertentu kepada perempuan (Moi, 1999: 77). Singkatnya, sesuai dengan caranya menubuhi dan memaknai tubuhnya dalam situasi, perempuan dapat menjadi perempuan dengan cara yang diinginkannya. Hal ini dalam tatarannya dapat menghindarkan perempuan dari gagasan bahwa perempuan akan selalu tertindas dan menjadi objek mutlak laki-laki akibat fakta biologis tubuhnya karena tubuh tidak hanya membawa  tanda seks dan tubuh perempuan berada di tengah-tengah banyak situasi (Moi, 1999: 67).

Moi (1999: 68) menekankan pemikiran Beauvoir tentang tubuh sebagai situasi sebagai sesuatu yang selalu terlibat secara langsung dengan pengalaman hidup (lived experience). Dalam hal ini, tubuh perempuan sebagai situasi melibatkan langsung tubuh perempuan dengan pengalaman fisik. Bagi Beauvoir, tubuh merupakan pengalaman individu dan media kehidupan yang menghubungkan tubuh individu tersebut dengan dunia dan hal tersebut merupakan hubungan yang sengaja diwujudkan dengan dunia: tubuh adalah situasi dari individu. Dengan kata lain, tubuh sebagai bagian dari pengalaman hidup berkelindan dengan posisi tubuh yang menjadi pesrpektif perempuan berkenaan dengan dunia, dan pada waktu yang bersamaan tubuh tersebut melakukan interaksi yang intens dengan lingkungan sekitar, yaitu situasi lain yang menjadi tempat tubuh tersebut ditempatkan sehingga sekali lagi tubuh menempatkan perempuan di tengah-tengah banyak situasi lain.  Oleh karena itu, subjektivitas perempuan selalu berada dalam skema diwujudkan.

Pengalaman hidup dalam banyak hal menunjuk keseluruhan subjektivitas perempuan. Secara lebih khusus, pernyataan tersebut menggambarkan cara seorang perempuan memahami situasi dan tindakannya. Karena konsep ini dibangun oleh kebebasan perempuan dalam menentukan hal yang ingin dilakukan, pengalaman hidup perempuan pun tidak sepenuhnya ditentukan oleh berbagai situasi yang mungkin menjadi bagian dari perempuan. Pengalaman hidup adalah, seolah-olah, bagian dari interaksi perempuan dengan dunia, dan dengan demikian menjadi bagian dari posisi perempuan. Menurut Beauvoir, sebagaimana disampaikan oleh Moi (1999: 81), subjektivitas perempuan  adalah sesuatu yang terjalin dengan situasi tempat perempuan itu tinggal. Menganalisis pengalaman hidup dilakukan untuk mengambil titik awal subjek mengalami, dipahami sebagai sesuatu yang selalu terletak, selalu diwujudkan, tetapi memiliki dimensi kebebasan. Subjektivitas bukanlah hal atau dunia emosional yang dalam, melainkan cara perempuan berada di dunia.

Bagi Beauvoir, seorang perempuan mendefinisikan keberadaan dirinya melalui cara yang ia gunakan dalam menjalani situasi yang diwujudkan olehnya di dunia (Moi, 1999). Dengan kata lain, perempuan memberikan makna dan definisi terhadap dirinya dengan cara menciptakan sesuatu berdasarkan hal yang dunia berikan kepadanya. Proyek ini adalah sesuatu yang terbuka dan akan terus-menerus berlangsung selama perempuan berada di dunia. Dalam keberadaanya pun, perempuan tidak akan pernah berhenti mendefinisikan dan memaknai tubuhnya. Tubuh perempuan sebagai situasi mengimplikasikan seorang perempuan selalu berada dalam proses menjadi, konstruksi yang tidak dapat dikatakan berasal dan berakhir dalam membentuk seorang perempuan menjadi subjek yang bebas. Perempuan memberikan makna kepada kehidupannya melalui tindakan yang dilakukannya. Hanya kematian yang akan menghentikan penciptaan makna yang dilakukan oleh perempuan. Dengan demikian, bagi Beauvoir, seorang perempuan adalah seseorang dengan tubuh perempuan dari awal sampai akhir, dari saat ia dilahirkan hingga ia meninggal, tetapi tubuhnya adalah situasinya, bukan takdirnya. Hal tersebut dalam tatarannya memberikan kemungkinan yang sangat besar dan luas kepada perempuan dalam  menjalankan kehidupannya.

Konsep situasi sangat penting dalam pemikiran Beauvoir karena dapat menghindarkan pembagian pengalaman hidup dalam oposisi subjek/objek tradisional.  Dengan begitu, dapat dimafhumi bahwa dalam pandangan subjektivitas yang disampaikan oleh Beauvoir, sangat sulit sekali melihat posisi perempuan hanya sebagai objek mutlak dari laki-laki. Pemahaman Beauvoir tentang subjektivitas perempuan di sisi lain sangat berbeda dengan teori seks/gender.  Beauvoir tidak mengatribusikan subjektivitas perempuan kepada fakta alamiah tubuh perempuan yang terlepas dari kenyataan bahwa perempuan juga adalah makhluk sosiokultural. Tubuh sebagai situasi dan selalu dalam situasi dapat dipandang sebagai pemikiran yang melawan perbedaan gender dan seks. Beauvoir tidak menganggap bahwa manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian alamiah dan bagian budaya. Dalam hal ini, perempuan tidak dapat didefinisikan menurut kategori identitas, sifat, dan peran gendernya, begitu juga tidak dapat didefinisikan berdasarkan jenis kelamin atau fakta alamiah bertubuh perempuan yang ditakdirkan kepadanya saja.

Pemikiran Beauvoir yang mengonsepkan tubuh sebagai situasi bersifat mengubah atau mengganggu sistem oposisi biner yang telah mapan, misalnya aktif-pasif, rasional-emosional, publik-domestik. Pemikiran Beauvoir menetapkan tubuh sebagai bagian penting dari proyek menjadi perempuan. Perempuan tidak sekadar dipandang sebagai seseorang dengan tubuh perempuan saja, tetapi juga mempunyai makna  bagaimana seseorang yang bertubuh perempuan itu memaknai, menggunakan, atau melakukan sesuatu atas dan melalui tubuhnya  dan secara terus-menerus  menjalin interaksi dengan dunia. Menurut Prambasmoro (2006: 60), pemikiran yang seperti ini  memperlihatkan adanya interaksi antara perempuan dengan dirinya, perempuan dengan orang lain (perempuan lain dan laki-laki), dan tubuhnya dengan konteks sosial historis yang berhubungan dengannya secara terus-menerus. 


Daftar Pustaka

Moi, T. (1999). What is a Woman? And Other Essays. In SubStance. New York: Oxford University Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Metamorfosa"

KKPK: Jalin Kelindan Antara Angin Segar yang Memabukkan dan Kegelapan yang Tak Bertepi

Manifestasi Dialogisme Bakhtin: Dari Dasar Pemikiran hingga Wujud Teorinya

Mengenal Hakikat Esai sebagai Bangunan yang Menawarkan Ruang dengan Penuh Cita Rasa