Minilik Sisi Lain dari Cap 'Pintar' dan Cap 'Bodoh'
Hakim menghakimi. Begitulah dunia ini bekerja dalam setiap hela napasnya. Napas setiap insannya barangkali tidak pernah absen, barang satu atau dua kali, pasti pernah menunaikan penghakiman. Menjadi hakim tentulah menyenangkan sebab dengan begitu, setidaknya bisa membawa diri pada penjelmaan sesuatu yang menginsafi pembenaran, mempunyai kendali atas sesuatu, dan tentu saja menjadikan diri sebagai orang yang lebih baik dan paling paham akan perkara yang sedang dihakimi. Setidaknya, itu diyakini oleh setiap ‘hakim’ yang tersebar di berbagai penjuru dunia: rumah, sekolah, kantor, jalanan, pemerintahan, lingkungan pertemanan, lingkungan keluarga, di kota-kota, di desa-desa, sampai pada lekuk-lekuk bumi yang tersembunyi dan tidak tertembus pandangan. Oleh karena itu, bukan suatu keganjilan manakala banyak orang yang berlomba-lomba menghakimi, baik secara sadar, tidak sadar, atau ironisnya malah hanya ikut-ikutan tanpa tahu duduk perkara dan akibatnya. Memang, dunia ini menggemaskan layaknya